Public Speaking

Buat Mereka Tertawa

Buat Mereka Tertawa – Dalam musikal Broadway yang terkenal Singing in the Rain, ada lagu berjudul Make ‘em Laugh. Lagu ini berisi pesan bahwa cara terbaik bagi seorang penghibur panggung untuk membangun hubungan dengan penontonnya adalah dengan humor—membuat mereka tersenyum atau tertawa. Nah, konsep ini tidak hanya berlaku untuk pemain teater, tetapi juga sangat penting bagi siapa pun yang ingin menjadi pembicara publik yang baik.

Kalau kamu membaca buku panduan tentang cara berbicara di depan umum, salah satu aturan emas yang sering disebutkan adalah “mulailah dengan lelucon.” Tapi tahu nggak? Sebenarnya, itu bukan aturan yang wajib diikuti. Humor bisa digunakan kapan saja dalam presentasi—bisa di awal, di tengah, atau bahkan ketika kamu merasa perhatian audiens mulai berkurang.

Psikologi audiens itu unik. Saat pertama kali kamu berbicara, biasanya mereka masih memperhatikan. Orang cenderung penasaran dengan pembicara baru dan ingin tahu apa yang akan disampaikan. Jadi, memang tidak ada salahnya membuka dengan humor. Tapi momen ketika audiens benar-benar butuh lelucon adalah saat mereka mulai kehilangan fokus—misalnya ketika kamu melihat mereka mengangguk-angguk tapi sebenarnya pikirannya melayang entah ke mana. Saat itulah humor bisa mengembalikan perhatian mereka dan membuat mereka terhubung kembali dengan presentasimu.

Masalah utama dalam berbicara di depan umum adalah ketika kamu hanya menyampaikan ide atau konsep secara murni. Memang ide itu penting, tapi otak manusia sulit untuk tetap fokus pada konsep abstrak terlalu lama. Itu sebabnya, pembicara yang baik sering menggunakan ilustrasi, cerita, dan humor agar audiens tetap tertarik dengan materi yang dibahas.

Humor punya efek psikologis yang unik. Dengan humor, pendengar bisa merasa lebih dekat dengan pembicara. Singkatnya, menggunakan humor dalam presentasi membuat orang lebih menyukaimu. Dan kalau mereka suka dengan pembicara, mereka akan lebih tertarik untuk mendengarkan. Fakta menunjukkan bahwa orang lebih mudah memahami dan menerima ide yang disampaikan dengan humor dibandingkan presentasi yang kering dan serius, meskipun isinya sangat penting.

Tapi gimana kalau kamu nggak tahu cara menggunakan humor? Tentu saja kamu bisa sekadar menceritakan lelucon. Tapi masalahnya, lelucon yang dihafal dari orang lain kadang terasa kurang natural, apalagi kalau nggak ada hubungannya dengan topik atau gaya bicaramu. Humor yang paling efektif justru adalah humor yang bersifat self-deprecating—alias menertawakan diri sendiri dengan cara yang ringan.

Misalnya, kalau topik ini sedang kamu bawakan dalam presentasi, kamu bisa bilang:

“Kalian tahu nggak, gampang banget lidah ini keseleo saat mencoba melucu di depan orang banyak. Tapi tenang aja, kalian pasti lebih jago daripada saya yang malah bikin berantakan begini.”

Lelucon itu mungkin tidak terlalu lucu. Tapi karena relevan dengan situasi, sedikit merendahkan diri sendiri, dan memberikan suasana ringan dalam presentasi, kemungkinan besar audiens akan tersenyum atau tertawa kecil. Dan sebenarnya, itulah yang kamu butuhkan—cukup sebuah senyuman atau tawa ringan untuk menarik perhatian mereka kembali. Kamu bukan sedang tampil sebagai komedian stand-up. Humor yang terlalu heboh justru bisa mengalihkan perhatian dari materi yang ingin kamu sampaikan.

Perhatikan pembicara hebat yang kamu kagumi. Lihat bagaimana mereka bisa menyisipkan humor dengan alami, tanpa terlihat dipaksakan, dan bagaimana itu membuat audiens merasa lebih terhubung. Butuh latihan untuk bisa menggunakan humor dengan baik dalam berbicara. Tapi begitu kamu menguasainya, gaya presentasimu akan meningkat pesat. Dan bukankah itu yang kita inginkan?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *