Public Speaking

Semua Ada di Suara

Semua Ada di Suara – Salah satu hal paling umum yang terjadi saat berbicara di depan umum adalah melihat seseorang di audiens tertidur. Kalau kamu yang mengantuk, kamu pasti berharap pembicara tidak menyadarinya. Tapi kalau kamu yang berbicara, kamu pasti sadar dan bertanya-tanya, *”Apa yang salah? Kenapa mereka bosan?”* Padahal kamu sudah berusaha keras menyiapkan materi dan merasa itu cukup menarik. Jadi, kenapa mereka tetap mengantuk?

Tenang, kamu tidak sendiri. Fenomena ini sering terjadi, bahkan di gereja setiap Minggu pagi. Padahal, pendeta adalah pembicara yang berpengalaman, tapi tetap saja ada jemaat yang tertidur. Bahkan pembicara profesional dengan pengalaman puluhan tahun pun masih bisa mengalami hal ini. Itu karena ada satu teknik dalam berbicara di depan umum yang jarang dikuasai. Kalau kamu bisa menguasainya, kamu akan jadi salah satu dari sedikit pembicara yang selalu dianggap *hebat*, tidak peduli seberapa menarik atau biasa saja materi yang kamu bawakan.

Teknik itu adalah cara menggunakan suara. Suara adalah alat luar biasa yang bisa menyampaikan emosi, humor, ide kompleks, bahkan kemarahan. Tapi anehnya, banyak orang yang saat berbicara di depan umum malah kehilangan 90% ekspresi suara mereka. Tiba-tiba saja mereka terdengar seperti guru matematika yang berbicara dengan nada datar, padahal topiknya bisa saja menarik atau penuh emosi. Kamu bisa saja sedang menceritakan pengalaman jatuh cinta atau berbagi tips skydiving, tapi kalau disampaikan dengan nada datar, audiens tetap akan tertidur.

Sebenarnya, kita semua punya banyak variasi nada suara yang secara alami kita gunakan saat berbicara santai dengan teman. Lalu, kenapa saat berbicara di depan umum, banyak orang tiba-tiba berbicara dengan nada monoton? Salah satu penyebab utamanya adalah *gugup*. Saat gugup, kita terlalu fokus berbicara dengan jelas sehingga akhirnya terdengar seperti sedang membaca daftar kontak di ponsel. Ini semakin parah kalau kita membaca teks pidato dari kertas. Yang aneh, kita tidak akan membaca dengan nada seperti itu saat membacakan cerita untuk anak-anak. Tapi kenapa kita justru melakukannya saat berbicara dengan orang dewasa?

Ada dua latihan yang bisa membantu kamu mengendalikan variasi suara saat berbicara. Pertama, perhatikan cara orang lain berbicara. Coba pikirkan bagaimana mereka bisa meningkatkan variasi nada suara mereka. Dengan cara ini, kamu bisa lebih sadar akan ekspresi suara sendiri. Kedua, saat berlatih presentasi, jangan hanya fokus pada isi materi, tapi juga bagaimana cara menyampaikannya. Jangan ragu menunjukkan emosi saat berbicara. Kalau topiknya menarik, tunjukkan antusiasme. Kalau topiknya serius, tunjukkan ketegangan. Bersikaplah alami, karena audiens akan lebih mudah terhubung dengan pembicara yang terlihat *manusiawi*.

Selain itu, kamu bisa menambah variasi dengan mengubah volume dan kecepatan bicara. Tidak perlu berteriak, tapi sesekali berbicara dengan lebih lembut atau lebih tegas bisa menarik perhatian audiens. Perubahan nada dan volume ini akan membuat presentasimu lebih dinamis, seperti musik yang memiliki irama naik turun. Dengan begitu, audiens tidak hanya mendapatkan informasi, tetapi juga tetap terjaga untuk mendengarkan seluruh isi presentasimu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *